PLTA SAGULING “nu tohaga”

” Sampurasun anu kasuhun…,  Haturnuhun kasadayanan anu tos ngersakeun maos capruk nu kapidangkeun, mugi wae tiasa ngajanteukeun i’tibar kanggo urang sadaya “.

Pertumbuhan ekonomi dan industri di Pulau Jawa maka kebutuhan tenaga listrik diseluruh Pulau Jawa diperkirakan naik menjadi 2849 MW padatahun 1985/1986. Untuk itu pada agustus 1981 dimulai pembangunan proyek PLTA Saguling yang dimaksud sabagai salah satu pemasok utama bagi kebutuhan beban tenaga listrik seluruh jawa, yang diperkirakan melalui satu jaringan interkoneksi pada tahun 1985 dan dibangun atas kerjasama antara Perusahaan Umum Listrik Negara dengan Mitsubishi Corporation.

WP_Layout SGL

Gbr. 1 Layout PLTA Saguling

PLTA Saguling terletak sekitar 30 km sebelah kota Bandung dan 100 km sebelah tenggara kota Jakarta dengan kapasitas terpasang 4 x 175.18 MW dan produksi listrik rata–rata per tahun2.158 GWH (CF = 35.12%). PLTA Saguling terletak di area pegunungan pada hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat.

2017_1

Gbr 2. Kondisi Awal Saguling

Aliran sungai Citarum mempunyai debit tahunan sebesar 80 m3/dt sehingga berpotensi besar untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Sepanjang sungai Citarum terdapat PLTA lainnya yang terletak antara PLTA Saguling dengan bendungan atau PLTA Jatiluhur yaitu proyek PLTA Cirata Unit pembangkit Saguling adalah salah satu unit pembangkit yang berada di bawah PT Indonesia Power. Unit Pembangkit Saguling adalah unit pembangkitan yang menggunakan tenaga air sebagai penggerak utama. Pengembangan Pusat Listrik Tenaga Air merupakan perwujudan upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi tenaga listrik dan konversi minyak bumi.

00241-project2bdam_3_anak2bbendungan2528cofferdam2529-bmp

Gbr 3. Pembangunan Anak Bendung

PLTA Saguling dioperasikan untuk mensuplai beban saat keadaan jam-jam beban puncak didaerah bagian barat Pulau Jawa melalui saluran interkoneksi Jawa-Bali. Hal ini dikarenakan karakteristik PLTA yang mampu beroperasi dengan cepat (untuk unit pembangkit di Saguling mampu beroperasi kurang lebih15 menit sejak start sampai masuk ke jaringan interkoneksi). Selain itu berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan peralatan Load Frequency Control (LFC) dan dapat melakukan pengisian tegangan ( LineCharging ) pada saat terjadi Black Out pada saluran interkonesi 500 kV Jawa-Bali Energi Listrik yang dihasilkan PLTA Saguling disalurkan GITET Saguling dan diinterkoneksikan ke sistem se Jawa-Bali melalui Saluran Udara TeganganTinggi (SUTET 500 kV) untuk selanjutnya melalui GIGI dan Gardu Distribusi disalurkan ke konsumen. Generator di PLTA Saguling terdiri dari 4 unit generator berkapasitas 175.18MW/unit dan dapat menghasilkan jumlah energi listrik 2.56 x 10 3 MWH per tahunnya. Total produksi unit-unit PLTA Saguling adalah 700 MW atau 9.3% daritotal produksi PT Indonesia Power (8.470 MW). Dengan adanya perubahan struktur organisasi dalam rangka menuju kearah spesialisasi, maka keluar surat keputusan pemimpin PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat No.001.K/DIR/1995 tanggal 16 Oktober 1995,yaitu yang semula mengelola 1 unit PLTA ditambah 7 unit PLTA

B.Peralatan pembangkitan di PLTA Saguling

Peralatan Utama PLTA Saguling terdiri dari empat unit pembangkit dengan total kapasitas daya terpasang 700,72 MW yang beroperasi untuk memenuhi permintaan listrik pada saat beban puncak. Bangunan PLTA Saguling terdiri atas bangunan sipil, peralatan listrik dangedung serta fasilitas perlengkapannya yang semuanya saling mendukung dalam menjelaskan fungsinya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).Instalasi waduk dan peralatan utama PLTA Saguling:

-Daya Maksimum : 700 MW

-Energi yang dihasilkan pertahun : 2,156 x 10 3MWH

Bangunan PLTA Saguling diantaranya :

1.Bendungan

Bendungan berfungsi membendung aliran sungai sehingga terkumpul sejumlah air dan digunakan sesuai kebutuhan. Fasilitas bendungan semuanya diawasi dan dikontrol melalui Dam Control Centre.

Wp_bendung_1

Gbr 4. Bendung Saguling

Data teknis Bendungan :

Type : Urugan batu inti kedap air

Tinggi : 99,00 m

Elevasi puncak bendungan : 650,20 m

Panjang puncak : 301,40 m.

Isi tubuh bendungan : 2,79 Juta m3

2.Waduk/Reservoir 

Waduk berfungsi untuk mengumpulkan air dari aliran air sungai, yang dimaksud dengan mengumpulkan air dari aliran sungai, bertujuan untuk mengumpulkan energi potensial dari air yang ditampung. Mengumpulkan air pada musim hujan untuk persediaan dan pemakaian air pada musim kemarau atau waduk beban puncak.

Data teknis

Waduk :Luas waduk : 5.340 Ha

Duga muka air banjir : 645 m

Duga muka air efektif normal : 643 m

Duga muka air efektif rendah : 623 m

Isi seluruhnya : 875 juta m

Efektif : 611,5 juta

3. Pusat Pengendali Bendung (Dam Control Center)

Data teknis pusat pengendali bendungan :

036d6-dsc00324a

Gbr 5. Pusat Pengendali Bendung

Tipe : Concrete (Beton)

Panjang : 18,00 m

Lebar : 18,00 m

Tinggi : 18,70 m

Alat bantu :                -Sistem peringatan pelepasan debit air

-Sistem Telekomunikasi

-Sistem pemrosesan data DAM

58b76-sgl_dcc_1b

Gbr 6. Pembangunan Gedung Pusat Pengendali Bendung

-Alat pemantauan Cuaca (Meteorologi)

-Sistem operasi pintu air dan spillway

-Sistem pemetaan curah hujan

4.Saluran Pelimpah/Spillway

Fungsi dari bangunan ini untuk menyalurkan air yang melebihi kapasitas penampungan. Perkiraan air yang harus dapat dibuang adalah 1,2 kali debit pada saat air banjir.

Wp-spillway1

Gbr 7. Saluran Pelimpah/Spillway

Data teknik saluran pelimpah :

Type : Peluncuran dengan pintu aliran samping

Kapasitas : 2400 m3/s

Pintu : 3 pintu dengan lebar 10 m dan tinggi 8,3 m

 

5.Bangunan Pengambil Air/ Water Intake Gate

Bangunan ini digunakan untuk pengambilan air dari tempat penampungan air ke dalam saluran air yang terletak terpisah dengan bendungan yang dilengkapi pintu air untuk  pengaturan dan saringan untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa oleh aliran air.

20345-sgl_intake_1

Gbr 8. Pembangunan Intake

Data teknik Bangunan Pengambilan Air :

Type : Menara

Panjang x lebar : 29 m x 50 m

Kapasitas air masuk : Maks 224 m3/s

Intake_1

Gbr 9. Bangunan Pengambil Air

Pintu : 2 buah pintu roler dengan lebar dan tinggi 5,8 m

6.Terowongan Tekan / Head Race Tunnel

Saluran ini menyalurkan air dari bangunan pengambilan air ke tangki pendatar dan pipa pesat.

Data teknik Terowongan Tekan :

Type : Terowongan tekan dengan circular section

Sgl_HEADRACE_1

Gbr 10. Pembangunan Terowongan Tekan/Headrace Tunnel/Surge Tank

Jumlah : 2 buah dan diameter 5,8 m

Panjang terowongan 1 : 4.689.182 m

Panjang terowongan 2 : 4.639.261 m

Debit : Max 224 m3/det

7.Tangki Pendatar Air / Surge Tank 

Merupakan suatu tangki atau pipa tegak yang dipasang pada penstock untuk melindungi saluran pipa pesat dari fluktuasi tekanan air pada saat jumlah air yang disuplaikan ke turbin berubah dengan tiba– tiba akibat gerakan yang cepat dari pintu– pintu turbin. Disamping itu surge tank berfungsi untuk meredam guncangan pipa pesat yang disebabkan oleh penghentian turbin secara tiba– tiba (Water Hammer).

Data teknik Tangki Pendatar :

Type : Reinforced concentrate Differential

PROJECT SURGETANK_2c

Gbr 11. Pembangunan Tangki Pendatar/Surge Tank

Diameter : 12 m

Tinggi : 103.6 m (no 1) dan 98.6 m (no 2)

8.Pipa Pesat / Penstock 

Tipe dari pipa pesat adalah pipa baja terbuka dengan cincin penyangga yang dipasang dari dua tangki pendatar ke hulu gedung pusat pembangkit listrik. Katup pipa pesat (penstock valve) bertipe kupu– kupu yang dipasang pada saluran keluar portal terowongan pipa pesat.

Data teknik Pipa Pesat :

Type : reinforced concentrate differential

Jumlah : 2 buah

Panjang pipa 1 : 1.880 m

Diameter dalam : 4.3 m – 2.83 m

Panjang pipa 2 : 1.884 m

Diameter dalam : 4.3 m– 2.83 m

Sgl_PENSTOCK_2a.jpg

Gbr 11. Pembangunan Pipa Pesat/Penstock

9.Gedung Pusat Pembangkit Listrik 

Gedung ini terletak 6 km dari bendungan. Pada gedung ini terdapat turbin,generator, trafo utama, ruang kendali, dan peralatan bantu lainnya.

Data teknik gedung pusat pembangkit listrik :

Type : semi underground indoor

(2 lantai di atas tanah dan 5 lantai di bawah tanah)

Panjang : 104.4 mLebar : 32.5 m

Tinggi : 42.5 m

10.Switch Yard ( Daerah Penghubung Distribusi)

Serandang hubung merupakan terminal dari energi yang keluar dari transformator  pada level tegangan ekstra tinggi untuk kemudian ditransmisikan.

Data teknik serandang hubung :

Type : 500 kV full GIS (Gas Insulated Switch gear)

PROJECT SWITCHYARD_2d

Gbr 12. Pembangunan Daerah penghubung/Switchyard

Kapasitas : 550 kV-4000 A

Frekuensi : 50 Hz

Withstand Voltage-Power frekuensi voltage : 620 kV

Lighting arrester : 1.550 kV

Switching surge  : 1.175 kV-

Distribusi jaringan : 2 crt ke Gandul, 2 crt ke Bandung Selatan,2 crt ke Cirata.

11.Turbin

Turbin ini merupakan mesin konversi energi yang mengkonversi energy Kinetik air menjadi energi putaran mekanik poros. Jenis turbin pada PLTA Saguling adalah tipe turbinfrancis poros vertikal yaitu suatu turbin reaksi yang aliran air masuknya arah radial yang keluarannya aksial.

Turbin_MO_20161016.jpg

Gbr 13. Ruangan Pembangkit/Turbin

Data teknik turbin :

Pihak manufaktur : Toshiba Corporation

Type : Francis dengan poros vertikal.

Jumlah : 4 unit

Kecepatan normal : 333 rpm

Kecepatan jenis : 91.2 m– kW

Faktor kavitasi kritis : 0.030

Debit maksimum : 54.8 m3/s

Nilai getaran maksimum : 0.05

Gaya dorong hidrolik-Kondisi transien : 500 t

Kondisi kontinu : 295 t

Tingkat kebisingan : 90 dB ( 1 meter dari barrel )

Turbin_MO_20161015.jpg

Gbr 14. Turbin

Gbr 14. Turbin

Kapasitas maksimum : 178.800 kW

Efektif head : max 263.6 m

Pembuangan air (discharge) : max 56 m3/s

Inlet valve : Rotary valve dengan diameter 2.25m

Governor : electro hydraulic

Efisiensi :   93.2% untuk output 178.800 MW

92.5% untuk output 143.040 MW

89.1% untuk output 107.280 MW

82.7% untuk output 71.520 MW12.

12. Generator 

Generator adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik. Jenis arah poros generator turbin air yang dipakai pada PLTA Saguling adalah golongan poros vertikal, yaitu untuk pembangkit yang mempunyai daya besar atau untuk pembangkit yang mempunyai putaran rendah.

Data teknik generator :

Type : AC Sinkron 3 phase

MO20161010_1.jpg

Gbr 15. Pelaksanaan Overhoul

Kapasitas : 206.1 MVA

Kecepatan Putar : 333 rpm

Frekuensi : 50 Hz

Jumlah generator : 4 unit

Jumlah kutub : 18 kutub

Tegangan : 16.5 KVA/525 KV

Arus : 7.212 A

Eksitasi : Statik

PF : 0.85 lagging

13.Transformator 

Transformator adalah suatu alat listrik untuk memindahkan dan mengubah energi listrik dari suatu lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi elektro magnetik.

Data teknik transformator :

Jumlah               : 2 unit

Type                 : outdoor 3 fasa

Trafo_6.jpg

Gbr 16. Transformator

Kapasitas           : 412.2 MVA / unit

Ratio tegangan : 16.5 KVA / 500 KV

14. Pengelolaan UP Saguling

Sesuai dengan adanya perubahan Struktur Organisasi dalam rangka menuju kearah spesialisasi, maka keluar surat keputusan Pemimpin PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat No. 006.K/023/KJB/1991 tanggal 28 Pebruari 1991 dan SK Direksi PT. PLN PJB I No. 001.K/030/DIR/1995 tanggal 16 Oktober 1995, yaitu yang semula mengelola 1 (satu) Unit Pembangkit Listrik tenaga air (PLTA) ditambah 7 (tujuh) Unit PLTA. Dan sekarang yang dikelola Unit Pembangkitan Saguling menjadi 8 (delapan) Unit antara lain :

**PLTA Plengan, Lamajan dan Cikalong dengan kapasitas terpasang masing-masing 6,87 MW, 19,56 MW dan 19,20 MW adalah merupakan PLTA sistem kaskade yang terletak didaerah Bandung Selatan kira-kira 33 Km dari pusat kota Bandung dan memanfaatkan energi air dari Situ Cipanunjang ( yang mendapat suplesi dari sungai Cilaki ), Situ Cileunca ( yang mendapat suplesi dari Situ Cipanunjang, sungai Cilaki Beet dan Cibuniayu ), sungai Cisangkuy dan Cisarua.

PLC_history.jpg

PLC_history1.jpg

**PLTA kracak terletak didaerah Leuwiliang Kabupaten Bogor, sekitar 30 Km sebelah Selatan kota Bogor dengan kapasitas terpasang 18,90 MW yang memanfaatkan energi air dari sungai Cianten dan Cikluwung.

PLC_history_krc1.jpg

PLC_history_krc.jpg

**PLTA Ubrug dengan kapasitas terpasang 19,36 MW memanfaatkan energi air sungai Cicatih sebagai tenaga penggerak Turbinnya. Lokasi PLTA Ubrug terletak sekitar 30 Km dari arah kota Sukabumi ke Pelabuhan Ratu.

PLC_history2.jpg

PLC_history3.jpg

**PLTA Bengkok dan Dago terletak didaerah Dago/Bandung Utara sekitar 10 Km sebelah utara kota Bandung dengan kapasitas terpasang 3,85 MW yang memanfaatkan energi air dari sungai Cikapundung.

PLC_history_bgk2.jpg

PLC_history_bgk1.jpg

**PLTA Parakan Kondang terlertak 55 Km ke arah Timur Kabupaten Sumedang Jabar, dengan kapasitas terpasang 9,90 MW, yang memanfaatkan debit sungai Cimanuk.

PLC_history_prk2.jpg

PLC_history_prk1.jpg

15. Pemeliharaan Bangunan Sipil

Salah satu pelaksanaan pemeliharan Pembangkit Listrik Tenaga Air adalah pemeliharaan fasilitas penunjang bangunan sipil, dimana pemeliharaan yang dimaksud agar tetap terpelihara dan tetap berfungsi secara maksimal. Untuk mengenal bangunan-bangunan penunjang tersebut perlu diketahui beberapa bangunan yang harus tetap terpelihara, dengan demikian dapat diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pengelola fasilitas sipil PLTA sehingga kinerja pengoprasian lebih meningkat dan pemeliharaan yang berkesenambungan. Dibawah ini beberapa data teknis bangunan sipil yang ada, mudah-mudahan bermanfaat bagi..sobat…sobat..???….ok..!!..Brow..!!

**Data bangunan sipil PLTA Saguling

a. Bendung/Waduk

– Duga Muka Air Banjir : + 645.00 m’

– Duga Muka Air Maksimum : + 643.00 m’

– Duga Muka Air minimum: + 623.00 m’

– Luas Waduk (+643.00 m’) : 48,695 Ha

– Isi Seluruhnya (+ 643.00 m’) : 875 Juta m3

– Isi Efektif: 611,5 Juta m3

Fungsi   – Penampungan Air

– Pengendap Lumpur
*Bendung

– Type                        : Urugan Batu dg inti kedap Air

– Tinggi                      : 99.00 m’

– Elevasi Puncak Bendung     : 650,50

– Panjang Puncak                : 301.40 m’

– Isi Tubuh Bendungan : 2,79 Juta m3

Fungsi        – Meninggikan Air

b.Saluran Pelimpah(Spill way)

-Type                : Pelimpah Samping

– Kapsitas           : 2.400 m3/det

– Pintu               : 3 buah

– Masing ukuran  : * Lebar* Tinggi/ 10 m’: 8,3 m’

Funfsi        – Bangunan Pelimpah

c. Dam Control Centre (DCC)

– Type               : Panggung 2 Lantai

– Konstruksi        : Beton bertulang

– Bentuk            : Bujur Sangkar

– Panjang           : 18 m’

– Lebar              : 18 m’

– Tinggi              : 18,7 m’

– Tahun Pembuatan: 1985

Fungsi        Pusat Pengendali:

– Sisitem Pengukuran Hydrologi

– Sisitem Pelepasan Air

– Sisitem Telekomunikasi

– Sisitem Pemroses Data

– Sisitem Pengoperasian Pintu Pengambil Air

– Sisitem Pengamatan Meteorologi

d. Bangunan Pengambil Air Panyadap Air (Intake)

– Type       : Menara

– Lebar      : 50 m’

– Panjang   : 29 m’

– Kapasitas Air Masuk (Maks) : 224 m3/det

– Pintu       : 2 Buah

– Masing ukuran : * Lebar     : 5,8 m’    * Tinggi     : 5,8 m’

Fungsi        Penyadap air

e. Saluran/Terowongan Air

– Diameter No. 1        : 5,80 m’

– Panjang                  : 4.689.182 m’

– Diameter No. 2        : 5,80 m’

– Panjang                  : 4.689.743 m’

– Debit Maksimum       : 224 m3/det

Fungsi :     – Saluran Pembawa

 

f. Tangki Pendatar ( Surge Tank)

– Diamater No. 1        : 12 m’

– Tinggi                     : 103,6 m’

– Diamater No. 2        : 12 m’

– Tinggi                     : 98,60 m’

Fungsi        – Sumur Penenang

g. Pipa Pesat (Penstock)

– Diameter No. 1        : 4,30 – 2,83 m’

– Panjang                  : 1.880 m’

– Diameter No. 2        : 4,30 – 2,83 m’

– Panjang                  : 1,774 m’

Funfsi        – Saluran Pembawa

– Saluran Pengatur Debit Air

h. Gedung Power House (2lantai diatas dan5 lantai dibawah)

– Type        : Semi bawah tanah

– Ukuran :

* Panjang  : 104,4 m’

* Lebar      : 32,5 m’

* Tinggi     : 42,5 m’

– Tahun       : 1986

Fungsi        – Gedung Pusat Pembangkit

i. Jalan Hantar/Inspeksi

– Rj. Mandala – Saguling

– Jalan Hantar    :

* Panjang  : 21,00 Km

* Lebar    : 6,00 m’

– Jalan Inspeksi :

* Panjang  : 4,00 Km

* Lebar    : 6,00 m’

Fungsi        – Sarana Transportasi

 

” Mugi janteu elmu sareung nambih wawasan anu mangrupakeun cahaya kanggo ngarawatna eta wangunan, sanes kitu baraya…..????”

******

Daftar Pustaka :http://www.scribd.com/do

Plotting Titik Koordinat Sederhana Ke Dalam AutoCAD

Kali ini kita coba berbagi pengetahuan tentang bagaimana cara plotting gambar titik koordinat cara manual ke dalam  AutoCAD, untuk mengenang jaman old dari hasil pengukuran lapangan. Data pengukuran hasil lapangan disimpan di Excel untuk digambar di AutoCAD, mudah-mudahan ini mempermudah mas Broh.. dalam penggambaran titik koordinat.

Adanya pertanyaan teman pensiunan yang seumuran “Bagaimana cara memindahkan titik kordinat ke AutoCAD secara manual”, yang lagi ngerjain proyek pembebasan tanah. MyTeman mendapat beberapa titik koordinat untuk meyakinkan plotting terhadap gambar asli proyek. Sedangkan plotting titik koordinat yang didapat hanya beberapa titik tidak banyak kemungkin masih bisa digambar secara manual. Ocayyy….kita mulaii…!!

CONCATENATE.

Rumus ini adalah yang digunakan di Exel, guna menggabungan beberapa angka atau teks yang berbeda, dengan rumus CONCATENATE ini untuk menggabungkan koordinat X-Y.

Rumus yang digunakan :

=CONCATENATE(A2,”,”,B2)

keterangan:

C2 = nilai X

“,” = pemisah antara nilai X dan Y (tanda koma)

D2 = nilai Y

” PO ” (tanpa tanda kutip) adalah perintah membuat point pada AutoCAD untuk membuat titik/point. Selanjutnya pindahkan data lapangan ke Exel seperti dibawah ini:

My-sgl-concatenate.jpg

Copy nilai koordinat “Penggabungan” dari cell F3 s/d F11, pindahkan ke cell H kemudian paste dengan menggunakan “Values(V)” guna menghilangkan rumus “CONCATENATE”, Sepeti dibawah ini.

My-sgl-concatenate-1.jpg

Selanjutnya adalah proses plotting titik koordinat ke dalam AutoCAD, secara manual.(sambil membuka koordinat dari-excel)

  1. Copy koordinat yang warna merah mulai dari H3.
  2. Buka AutoCAD klik point, kemudian paste atau CTR+V
  3. Lakukan Copy Koordinata di Exel kemudian Paste di AutoCAD, terus berulang sesuai jumlah koordinat yang ada.
  4. Lakukan Zoom All pada AutoCAD, pada ommend bar ketik “Z” enter, ketik “All” enter.

Jika titik point tidak sesuai dengan selera, cobalah titik Point ukurannya diperbesar sesuai keinganan pada “Point Style” di AutoCad.

My-sgl-concatenate-2

Lakukan Zoom All lagi, jika point / titik masih belum keluar, silahkan ulangi langkah dari awal, apakah sudah sesuai dengan harapan.

Untuk meyakinkan nomor/angka titik koordinat silahkan klik “Ordinate” kemudian klik ke point yang ingin diketahui koordinatnya.

My-sgl-concatenate-3.jpg

Dan ini hasil dari titik point secara manual yang digambar AutoCAD, semoga bermanfaat………!

My-sgl-koordinat

Nb:

AUTOCAD LAND DEVELOPMENT lebih praktis lagi, tinggal ketik angka koordinat di “Notped” lalu export ke program tersebut, langsung..deh terlihat point-pointnya. Jika belum nampak..?, silahkan CTR+Z kemudian “All”……jreeeng….!

Tip Platina Tidak Cepat Rusak

Berawal dari seringnya ganguan pada saat bekendaraan roda empat,  ‘maklumlah Mobilna jadul…luur.’ Jimny Super tahun ’83 yang setia sampai sekarang, kurang lebih  sudah 22 tahun dipelihara, yang sering tergangu di bagian “pengapian” apal meureun kalau bukan ‘Platina atawa Busi’ sanes kitu,..lurr.!!!

Nah dari kebiasan komponen tersebut sering bentol, berkerak bahkan hitam dan lain lain, Kerusakan ini biasanya terjadi akibat kondensor yang di pasang secara paralel dengan platina rusak, dan akibatnya lentikan bunga api yang terjadi di kontak platina tidak dapat diserap oleh condensor…..gitu meureun..he..he..

Agar Platina Tidak Cepat Rusak adalah memasang transistor ignition kata bahasa brosingan..mah..he..he..pada sistem pengapian.  Dengan cara memutus  negatif coil dengan platina, lalu dipasang rangkaian transistor ignition nu skema na aya di handap ieu. Setelah buat rangkaian tersebut dan dipasang, cukup lumayan..luur..aga..awet dan tidak diperlukan komponen condensor….kitunya..luur..wilujeung nyobian…okay…dah.

Sumber na ti 5osial.com, hatur nuhun..

Mugi janteun manfaat …luur..

Menghitung Kebutuhan Anak Tangga

Untuk hal yang sepele biasanya pada saat pembuatan anak tangga dirumah seperti  tidak sulit, namun saat selesai pembuatan tangga ada yang secara tidak langsung terasa “TIDAK NYAMAN” pada saat naik atau turun tangga, Ini dikarenakan perhitungan anak tangga tidak sesuai dengan harapan. Untuk itu manfaatkan perhitungan sederhana kebutuhan pembuatan anak tangga  bordes, dari selisih ketinggian antara lantai 1 dan lantai2.

Tangga dimungkinkan berbentuk LURUS atau  L, U dan lainnya dimana tangga dapat cocok untuk dalam suatu ruangan, sebagai contoh tuangan dengan ketinggian 3M, tinggi anak tangga 17 Cm dan Lebar tangga 30Cm, maka panjang anak tangga dihitung sbb: Perhitungannya:

h1  = Posisi Nol Lantai (+0.00)

h2  =  3.00 meter

Tinggi Pijakan / Anak Tangga (t)  =  17 Cm

Lebar Pijakan / Anak Tangga (a)  = 30 Cm

Panjang Tangga :

=( ( 3.00 – 0.00 ) / 17) – 1 ) x 30

moga bermanfaat………………

Menghitung Berat Besi

Menghitung Berat Besi – Pada kesempatan ini akan memberikan info sederhana tentang bagaimana cara menghitung berat besi beton, ini merupakan material yang sering digunakan untuk pekerjaan struktur beton konvesional, berat dari besi beton tentunya berbeda-beda tergantung dari ukuran benda tersebut sedangkan fungsi utama besi beton adalah untuk menenahan benda atau bahan yang terdapat pada sebuah bangunan. Pada saat ini banyak bangunan memanfaatkan besi beton baik itu untuk pelat, kolom, pondasi dan balok. Dikarenakan banyak sekali merek besi beton yang dipasarkan, tentunya setiap merek dan ukuran dari besi beton tersebut memiliki harga yang berbeda-beda, dan diharapkan secara kualitas sama. Dengan demikian kita akan mencoba untuk menghitung dengan besi beton tanpa menggunakan bantuan tabel berat jenis besi. mungkin lupa tidak membawa tabel tersebut sehingga harus menghitung secara manual, menghitung berat besi adalah =0.006165 d² x L, dibawah ini mudah-mudahan bisa menjelaskan perumusannya.

 

RUMUS SEDERHANA MENGHITUNG BERAT BESI
Secara umum perumusan untuk menghitung berat besi adalah :
Vb x Bjb= ….. Kg
dimana : Vb=Volume besi (m³)
Bjb =Berat jenis besi = 7850 (kg/m³)
Contoh :Beratdari besi tulangan untuk PLAT
1.Pelat besi dengan ukuran (1m x 1m) dengan tebal pelat 1 mm, hitung beratnya ?
berat besi =(1 x 1 x 0.001) m3 x 7850 kg/m³=7.85kg
(Cat : 1 mm = 0.001 m)
2.Base plate dengan ukuran (25cm x 30cm) dengan tebal plat 12 mm, hitung beratnya ?
berat base plate = (0.25 x 0.30 x 0.012) m³ x 7850 kg/m³ = 7.065kg
Contoh:Berat dari besi tulangan untuk beton
1.Hitung berat besi tulangan diameter 16 dengan panjang 12 meter ?
luas penampang Ø16 = 1/4 (π) d² = 1/4 (3.14)(0.016)² = 0.00020096 m²
volume Ø16=luas penampang x panjang batang = 0.00020096 m² x 12 m=0.002411 m³
berat besi Ø16 =Volume x 7850 kg/m³ = 0.002411 m³ x 7850 kg/m³ = 18.93kg
atau menggunakan perumusan :
Berat besi tulangan=0.006165 x d² x L…(Kg)
dimana : d=diameter tulangan(mm)
                  L=panjang batang tulangan(m)
Contoh :
2. Hitung berat besi dari contoh soal no 1, dengan perumusan diatas ?
berat besi Ø16 = 0.006165 x 162 x 12=18.93kg
“darimana asal angka 0.006165 dari perumusan diatas?”.
berikut adalah penjabarannya :
Seperti yang sudah saya uraikan diatas, rumus mencari berat besi adalah : Vb x Bjb
dimana Vb = Volume besi dan Bjb = Berat jenis besi = 7850 kg/m³
Jadi berat besi tulangan (penampang bulat) :
= Vb x 7850 kg/m³
= ( 1/4 x π x d² x L )x7850 kg/m³
= 1/4 x 3.1415 x d² x L x7850kg/m³
karena d = diameter tulangan disebutkan dalam satuan milimeter (mm), maka kita konversi dulu ke meter (m),
d²= (d x d)………………………….mm²
dikonversi ke meter ( 1mm = 0.001 m )
= ( 0.001d x 0.001d )
= ( 1x 10-6) d²…………………m²
Sehingga,
= 1/4 x 3.1415 x ( 1x 10-6) d² x L x 7850
=0.006165 d² x L
Jadi perumusan untuk menghitung berat besi adalah
=0.006165 d² x L

*****Yang perlu di ingat ” =0.006165 d² x L“…..okay…sob!!!!***

Sembernya dari mana aja..Sob..!!!

Mess Cikapundung PLTA Bengkok

Mess??? naon eta teh ???,

Meureun baraya ge tos terang..?? naon nu dinamikeun “Mess” da ceuk basa dengen na mah nu biasa diarteunna, kurang leuwih tempat tinggal nu disadiakeun ku parusahaan keur karyawan, jeung jumlah jalmi nu cicing ngendong di eta imah teh disyaratkeun ku bajikan ti parusahaan, kadang mess aya nubentukna imah atau kamar. Kitu ceunah gaann…hi..hi..hi..

Tapi tong salah …agan..!, pami aya di lokasi eta gan!!, karaos sifat ” kekeluargaan “ nu aya pami tinggal di eta tempat, nu dinamikeun mess , ..gan…nu jelas karaosna mah mah seprtos saingan pami meser barang-barang beulian..…hi..hii..hii.., Tapi pami mess Cikapundung mah teu aya nu sepertos kitu, da emang direncanakeunna ge sanes kanggo tempat tingga nu waktos na lami, mung kanggo sementawis, etage pami seu’eur tamu nu bade rapat atanapi nu bade liburan, nu seusah milarian kanggo ngendongkondisi darurat.

“Mysaguling” nu kantos ngiring ngawangun eta mess, kagungan caritaeun kanggo agan-agan, ti ngamumula taneuh kosong patilasan kebon cabe dugi ka eta janteun wangunan nu kacuda manfaat na. malah mah saur nu dipasihan tanggung waleur ngarawat eta wangunan teh, tiap dinteun na tara kosong ku nu nyewa malah ma pami dinten libur atanapi minggon tos aya nu mesen, suaeeee pisan…gan..!!

Gambar Rencana Salah..???   naon maksad na gambar na salah!!, nya eta gambar ngawitan teu sami kondisi sareung di lapangan, dimanteun luas na area wangunan sa atos na di stakingout disamikeun sareung luas na gambar, seu’eur ka kirangan nana, malihan pami ninggal gambarnan mah!! teras wangunan aya di luhureun Ciakpundung. Pami ninggal gambar mah, jumlah wangunan nu bade didamelan mess aya tilu wangunan, hiji kanggo ruang rapat, dua kanggo mess/ruang tidur biasa sareng nu katilu ruangan kanggo pajabat perusahan nu ngahiji sareng ruang makan. Satos kajanteunan kitu, gambar ge dirobih ulang di samikeun sareng luas tanah nu aya. janteun na gambar sepertos wangunan nu aya ayeuna, mung teu sasampuna nu ayeunan margi tos aya taman, karpot kanggo tamu supados teu ka hujanan, malih mah ruangan na ge tos seu’eur dirobih sareung forniturn ga, kalayan sararae.

Geus heula ach…..!!!!!,  ingetan ke luur..nya..!!!

FOTO-FOTO PERJALANAN PEMBUATAN BANGUNAN MESS CIKAPUNDUNG

SO101SO104

SO102

SO103

SO105

dg46

dg1

dg28

 

Foto Dokumentasi Proyek dan Manfaatnya

WP-Dok_Proyek Foto Dokumentasi Proyek adalah salah satu bagian kegiatan proyek untuk dapat mewakili proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan, bahkan bisa jadi bukti apabila ada kesalahan atau kelalian pada saat pekerjaan dan dapat dipelajari dikemudian hari. maka tidak jarang setiap kegiatan proyek selalu mendokumentasikan selama pekerjaan. Sedangkan foto Proyek biasanya terangkai per uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan, jika boleh dibilang pada umumnya mulai dari 0% sampai dengan 100% selesai, dan jangan terputus secara bertahap. Berdasarkan pengalaman persoalan yang sering timbul adalah rasa jemu dimana pada pekerjaan konstruksi bangunan rasa itu timbul seiring tidak terlihatnya perubahan pada objek secara signifikan dalam waktu yang cepat, ini wajar dikarenakan pekerjaan Konstruksi bangunan adalah pekerjaan dengan jumlah waktu yang lama dan berada dalam satu area pekerjaan lain halnya dengan projek-projek yang berarea luas hingga terbagi, bisa beberapa desa atau kecamatan, sehingga kemajuan pekerjaan memang kurang terasa, dan disinilah peran Foto Proyek yang dapat memberikan manfaat dan peran. Fungsi dan peran foto proyek diantaranya :
• Memberikan gambara/Visualisasi kondisi keadaan dilapangan.
• Memberikan bahan pembelajaran untuk pekerjaan sejenis dimasa datang.
• Memberikan bahan review jenis perkerjaan pada saat rapat.
• Memberikan bukti otentik berada atau setidaknya pernah berada dilapangan.
• Dll.

Saur cariosan jalmi “Bijak” mah, hiji foto tiasa nyarios ngarebu-rebu hartos…he..he..he..nya heu’euh kitu..!!! (Jaka Sembung sarapan bubur,……. teu nyambung luurr..)

Dari sekian banyak tata cara pengambilan gambar Foto Proyek mulai dari awal sampai akhir, dan ada tata cara baku yang dianggap dapat mewakili Foto Proyek untuk di jadikan sebagai bahan Dokumentasi Project Pembangunan (Konstruksi Bangunan). Pengambilan Foto Proyek biasanya tersusun secara sistematis, ini dapat disusun melalui daftar uraian pekerjaan yang telah terangkai per pekerjaan. Contoh beberapa diantaranya:
1. Foto saat pengenalan pekerjaan/aanwijzing
2. Foto Pelaksanaan Pengukuran dan Pembuatan Bowplank
3. Foto Pelaksanaan Pekerjaan Galian
4. Foto Pembuatan/Pengecoran Pondasi
5. Foto Pembesian Sloof, Kolom dll
6. Foto Pasangan Bata dan Plasteran
7. Foto Pekerjaan Kuda-kuda dan penutup atap
8. Foto Pekerjaan Rangka dan langit-langit
9. Foto Pekerjaan Cat dan Finishing
10. Foto Pekerjaan Pembersihan Lahan Projek
11. Foto Jenis Material Yang Digunakan
12. Foto Jenis material Yang Bermerk.
13. Foto Pekerja dengan peralatan sefty
14. Dll.

Setiap pengambilan obyek untuk dokumen foto bangunan proyek merupakan susunan yang terdiri dari beberapa komponen bangunan yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya agar dapat mewakili perjalanan proyek. Dan ditinjau dari proyek bangunan gedung secara umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, antara lain:
-Bagian bawah yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak dibawah permukaan lantai atau bagian bangunan yang ada di dalam tanah, seperti pondasi, sloof, lantai, bagian bawah ini berfungsi untuk menahan semua beban bangunan yang berada diatasnya termasuk beratnya sendiri.
-Bagian tengah yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas sloof, seperti dinding, pintu dan jendela serta sarana lainnya seperti penerangan dan pipa saluran air bersih dan kotor.
-Bagian atas yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak diatas dinding (pasangan bata), seperti ring balk, plafond, rangka atap dan atap.

Beberapa penyampaian foto proyek yang umum disampaiakan pada saat diperlukan tersusun dengan rapih yang sesuai dengan uraian pekerjaan dan detail pelaksanaan, bahkan ada yang beberapa obyek tampak sama dengan gambar kerja, misalkan mulai dari :

  •  TAMPAK MUKA
  •  TAMPAK BELAKANG
  •  TAMPAK SAMPING KIRI
  •  TAMPAK SAMPING KANAN
  •  TAMPAK PROYEKSI
  •  TAMPAK DETAIL (Sebagai pendukung obyek lainnya)

Dalam pengambilan obyek ada beberapa pengecualian andaikan dikarenakan lahan yang terbatas, obyek yang terlalu panjang atau lebar sehingga tidak dapat memuat pada satu gambar. Solusinya adalah tampilkan foto-foto secara mendetail dan tersesusun guna mewakili obyek yang diharapkan. Sebagai contoh, saat pekerjaan proyek bangunan gedung, cenderung mengambil obyek dokumentasi dalam bentuk umum. Namun pada kenyataan pada saat pengawasan/pengecekan banyak yang biasa terlewatkan atau terlupakan dikarenakan dengan kesibukan.

Saran Mysaguling yang penting Kemauan, Kreatifitas dan Imajinasi “Liar” dalam pengambilan obyek dan penyajiaan foto proyek mau dari sudut teknis atau seni menurut pemahaman…..sobat, “bebas-bebas aja..sob!!!” dan jangan lupa prosedur pekerjaan….Sob.!!!..jangan dilupakan..Ok!!!

*** tos ach,   sakituwae mugi janteu manfaat…luurr!!!,  wasssallam…!***

Koefisien pada BOW

BOW adalah singkatan dari Burgerlijke Openbare Werken,..anjiir…susah bacanya.sob!!. Konon katanya  ditetapkan oleh Dir BOW tanggal 28 Pebruari 1921,Nomor 5372 pada jaman pemerintahan Belanda. Pasti sobat ingatnya “Burgerkill”, band asal  kota  Bandung tea!!!,yang nama band ini diambil dari sebuah nama restaurant makanan siap saji asal Mamarika, yaitu Burger King, yang kemudian  di parodikan menjadi “Burgerkill”. Ceuk Wikipedia eta ge…sob..!. dan sejak jaman Belanda hingga saat ini masih menganut sistim analisa penghitungan pekerjaan kontruksi bangunan yang disebut analisa BOW. Ini hanya bisa dilakaukan hanya pada pekerjaan konstruksi dengan mengggunakan banyak tenaga kerja, dengan pekerjaan bangunan sederhanan yang dilakukan secara manual.

Disini kita belajar mengenali bagian dari analisa BOW yang namanya KOEFISIEN, yang akan dituangkan dari berbagai sumber, mbah Google sob..!. Koefisien  disini adalah angka perkalian terhadap harga satuan yang ada pada BOW yang masih banyak dipergunakan hingga saat ini, walaupun dengan seiring perkembangan zaman analisa ini sudah tidak banyak digunakan karenan sudah ada Standar nasionan Indonesia (SNI). Bahkan saat ini RAB yang memberikan nilai koefisien bahan dan upah terbaru menyesuikan perkembangan situasi pembangunan sekarang. Untuk itu mengenalkan koefisien, besar harapan menjadi tambahan ilmu pengetahuan Sobat dibidang konstruksi guna menjadi “ESTIMATOR”… Amiiin!!.

Langkah langkah untuk menjadi Estimator antara lain :
1. Mempunyai dasar ilmu pengetahuan keteknikan atau menyenangi pelajaran hitung   menghitung.
2. Dapat menuangkan Suatu pekerjaan IDE kedalam suatu format perhitungan.
3. Mempunyai Kerangka pemikiran sebagai seorang Estimator.
a) Mengetahui secara pasti dasar-dasar suatu koefesien bahan,upah dan peralatan   didalam harga satuan sehingga dapat mampu telusur pekerjaan tersebut.
b) Mempunyai informasi harga yang berkaitan dengan upah alat dari semua jenis pekerjaan.
c) Mempunyai literatur referensi pekerjaan spesilis.dll
Ada pertanyaan yang sering muncul didalam setiap orang yang ingin mengetahui dari manakah koefesien-koefesien yang ada pada analisa harga satuan misalnya koefesien upah,bahan, alat

1) KOEFESIEN UPAH
• Pekerja                 1,5 OH ( Orang per Hari)
• Tukang                 0,6 OH
• Kepala Tukang   0,06 OH
• Mandor                0,075 OH

2) KOEFESIEN BAHAN
• Batu belah            1,100 m3
• Semen Portland   136,000 Kg
• Pasir Pasang         0,544 M3

3) KOEFESIEN ALAT.
• Excavator              0,05 jam
• Dump truk             0,10 jam
Sekarang mari kita telusuri dari manakah angka koefesien –koefesien tersebut yang terdapat pada koefesien upah, bahan, dan peralatan.

1) KOEFESIEN UPAH

a) Koefesien upah tersebut didapat dari hasil produksi dari kelompok pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, sekarang mari kita telusuri apa saja yang mempengaruhi koefesien upah antara lain :

i) Kualifikasi Tenaga Kerja
ii) Jumlah tenaga Kerja
iii) Kuantitas Jam Kerja

b) Untuk mengetahui lebih jelas Nilai upah
i) Satuan nilai Upah
Upah 1 hari kerja ( 8 jam Kerja termasuk istirahat 1 jam)ini hakekatnya  tergantung dari harga pasaran tenaga kerja setempat.

Ada 2 macam pengaruh utama yang bersifat umum yang mempengaruhi harga pasaran tenaga kerja:
INDEKS BIAYA HIDUP ( Berdasarkan hasil pengamatan upah, tenaga kerja minimum adalah 4 Sampai 6 Kali kebutuhan bahan pokok( Misal Harga Beras) atau rata-rata 5 Kalinya.
TINGKAT KEHIDUPAN
Tingkat kehidupan atau tingkat kemakmuran ini biasanya diukur berdasarkan pendapatan rata-rata perkapita tiap tahun(Pendapatan kotor nasional atau Gross National Product(GNP) tiap tahun dibagi jumlah penduduk.
HARI ORANG STANDAR ( Standar Man day)
Di dalam sistim pengupahan yang baru telah diadakan penyederhanaan dalam menghitung upah kerja ialah dengan mempergunakan satuan upah yang disebut hari orang Standar ( Standart Man day) disingkat OH atau MD.
1 OH = Upah pekerja standar dalam 1 hari kerja.
• JAM ORANG STANDART
4 Jam kerja efektif dalam 1 hari
Sehingga 1 Jam efektif adalah 1/4 dikali 4 s/d 6 (indeks biaya hidup) , sehingga didapat 1 s/d 1 ½ kali Bahan pokok.(Beras)
Diketahui Rata-rata 1 Jam Orang Standar adalah 1 ¼ Kg beras.

MACAM-MACAM TENAGA KERJA
Ini tergantung tingkat ketrampilan seseorang ( Pekerja, Tukang, Kepala Tukang, Mandor)
HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI UPAH
1. Pengaruh Lamanya Kerja
2. Pengaruh lokasi Pekerjaan
3. Pengaruhnya adanya persaingan
4. Pengaruh kepadatan penduduk
5. Pengaruh tenaga pinjaman dan tenaga import
6. Pengaruh Lain

Rumus dan contoh penggunaan rumus umum untuk upah searang tenaga kerja :
UPAH/HARI = A1 x B x C x D x E x F x G
UPAH/JAM   = A2 x B x C x D x E x F x G
A1  = Hari orang standar
A2  = Jam Orang standar
B    = Macam tenaga kerja
C    = Pengaruh lamanya kerja
D    = Pengaruh Lokasi Pekerjaan
E    = Pengaruh adanya persaingan tenaga kerja
F    = Pengaruh Kepadatan penduduk.
G    = Pengaruh tenaga pinjaman dari tenaga import

CONTOH PENGGUNAAN

Ambil permisalan : UPAH PEKERJA DI SAGULING
Misal Harga beras di Saguling 1 Kg = Rp 12,000 /kg
UPAH/HARI = A1 x B x C x D x E x F x G
1 OH = 5x Rp. 12,000 x 1x1x1x1x1x1 = Rp 60,000,-/hari

Setelah kita mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi harga upah tenaga kerja sekarang kita akan melihat dari mana koefesien-koefesien yang terdapat dalam analisa harga satuan. Sebagai contoh di dalam BUKU BOW, harga upah untuk menyelesaikan 1 m3 galian tanah dibutuhkan tenaga kerja :
Pekerja      0,75 OH
Mandor     0,025 OH
Adapun di dalam SNI 1 m3 Galian Tanah biasa sedalam 1 m :
Pembantu tukang (pekerja )  0,4 OH
Mandor                                       0,04 OH

Timbul pertanyaan bagi kita darimanakah koefesien-koefesien itu muncul dari BOW dan SNI ?
Sekarang mari kita lihat analisa BOW 0,75 Pekerja dan 0,025 Mandor, koefesien indek tersebut diatas mempunyai pengertian bahwa 0,75 pekerja dan 0,025 mandor akan menghasilkan produksinya 1 m3 galian tanah dalam 1 hari. Kalau pekerja dan mandor tersebut kita kalikan 40 Kali maka pekerja menjadi 30 orang dan mandor 1 orang jadi asumsinya adalah produktivitas. Jadi dalam analisa BOW tersebut asumsinya produktivitasnya adalah mengerjakan galian tanah sebanyak 40 M3 dibutuhkan tenaga kerja 30 Pekerja dan 1 mandor sehingga koefesien tersebut berdasarkan produktivitas yang mana dengan Pekerja 30 Orang dan Mandor 1 orang dapat menyelesaikan 40 m3 dalam 1 hari. Inilah asal usul koefesien upah yang ada pada analisa BOW untuk pekerjaan Tanah atau
Pekerja = 30 orang/ 40 m3* hari = 0,75 Orang hari ( OH)
Mandor =1 orang/40 m3 * hari = 0,025 Orang hari ( OH)
Jadi kita bias melihat apakah koefesien-koefesien yang ada didalam analisa BOW & SNI masih layak digunakan atau tidak tergantung Estimasi kita dan diserahkan kepada Anda masing-masing.

Sekarang coba kita lihat lagi analisa SNI, contohnya Pekerjaan galian tanah biasa dengan kedalaman 1 m3.
Pekerja = 0,4 OH
Mandor = 0,04 OH
Artinya, untuk menyelesaikan galian biasa dengan kedalaman 1m3 kalau kita kalikan 100 maka perbandingan 40 pekerja dan 4 Mandor atau dengan tenaga 40 pekerja dan mandor 4 orang akan menghasilkan galian 100 m3 atau 25 m3 dengan tenaga 10 pekerja dan 1 mandor.
Pekerja = 10 orang/ 25 m3* hari = 0,4 Orang hari ( OH)
Mandor = 1 orang/25 m3 * hari = 0,04 Orang hari ( OH)

Sekarang kita sudah tahu bahwa untuk melaksanakan suatu pekerjaan tergantung produktivitas dari tenaga kerja tersebut atau dengan kata lain untuk menghitung upah apakah wajar atau tidak seorang mandor menawarkan suatu pekerjaan dengan harga wajar atau tidak. Sebagai contoh kita akan melaksanakan suatu pekerjaan galian tanah biasa dan pekerjaan pasangan batu kali kemudian mandor menawarkan harga upah borongan misalnya:
Galian tanah            = Rp 25,000,-/ m3
Pasangan Batu kali = Rp 60,000,- / m3
Dimana diketahui pada suatu tempat sebutlah harga Pekerja Rp 30,000/hari, Mandor Rp 50,000/hari, Tukang Rp 45,000/hari , Kepala tukang Rp 50,000,-/hari.
Sekarang apakah harga yang ditawarkan oleh mandor tersebut wajar atau tidak ?

Mari kita lihat dari perbandingan analisa BOW atau SNI yang terdapat di dalam buku Analisa BOW :
UPAH G 26 (Pasangan Batu kali)
Pekerja              = 3,6 OH
Tukang              = 1,2 OH
Kepala Tukang = 0,12 OH
Mandor              = 0,16 OH
Mari kita kalikan masing-masing koefesien di atas dengan harga masing-masing upah
Pekerja              = 3,6 OH x ( Rp. 30.000)                     =Rp. 108.000,00
Tukang               = 1,2 OH x ( Rp. 45.000)                     =Rp.   54.000,00
Kepala Tukang = 0,12 OH x ( Rp. 50.000)                    =Rp.     6.000,00
Mandor              = 0,16 OH x ( Rp. 50.000)                   =Rp.     8.000,00

Maka akan kita dapatkan harga upah tersebut totalnya Rp 176,000.
Dari total harga tersebut, sebesar Rp 176,000/ m3 kelihatan produktivitasnya terlalu kecil karena realisasinya saat ini harga upah tersebut terlalu tinggi. Tetapi saya serahkan pada masing-masing Anda apakah koefesien di BOW masih layak atau tidak..?.

Sekarang kita coba lagi koefesien upah yang ada di dalam SNI dengan jenis pekerjaan yang sama yaitu Pasangan Batu kali :
Pekerja               = 1,5 OH
Tukang Batu     = 0,6 OH
Kepala Tukang = 0,06 OH
Mandor              = 0,075 OH
Kalau harga pekerja, tukang, mandor, kepala tukang kita kalikan dengan koefesien di dalam analisa SNI di atas maka akan kita dapatkan harga upah tersebut sebesar Rp 78,750,-. Harga ini masih wajar pada saat ini dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa harga-harga upah koefesien pada SNI saat ini masih wajar.

Dari hal-hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa koefesien tersebut didapat dari hasil produktivitas kelompok pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya methode ini, maka Anda dapat memulai dan melihat apakah koefesien upah yang terdapat di dalam BOW atau SNI masih RELEVAN atau TIDAK. Dalam menentukan perbandingan koefesien–koefesien upah (berdasarkan pengalaman pribadi saya) memiliki perbandingannya sebagai berikut :

  1. Perbandingan Pekerja Dengan Mandor 1 berbanding 20.
  2. Perbandingan Tukang dengan Kepala tukang 1 berbanding 10.

Perbandingan ini berdasarkan pengalaman saya pribadi. Kita ambil contoh, suatu pekerjaan dengan produktivitasnya 40 m3/hari dengan jumlah tenaga kerja:

Pekerja              = 20 orang
Tukang              = 10 orang
Kepala Tukang = 1 orang
Mandor              = 1 orang

Maka koefisien dari kelompok pekerja tersebut (yang akan kita gunakan dalam menghitung harga upah suatu perkerjaan) adalah sebagai berikut :

Pekerja              = 20 orang / (40 m3/hari) = 0,5 OH
Tukang              = 10 orang / (40 m3/hari) = 0,25 OH
Kepala Tukang = 1 orang / (40 m3/hari)  = 0,025 OH
Mandor              = 1 orang / (40 m3/hari)  = 0,025 OH

Sumber diantaranya :(http://pertukangan-jasa-bangun-rumah.blogspot.co.id)

Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil PLTA Saguling

**Sampurasun anu kasuhun!!!!**

Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil dan Alat Bantunya adalah suatu kegiatan pemantauan untuk mengetahui perilaku  konstruksi Bangunan Sipil dengan peralatan sederhana atauapun modern, beberapa pemantauan yang sering dilakukak antara lain pada konstrusi bangunan adalah retakan (creck), perilaku air dan laju sedimentasi yang meliputi pengukuran, pemrosesan data dan Interpretasi / Evaluasi, Sehingga didapat parameter-parameter yang berhubungan dengan perilaku konstruksi tersebut dengan menggunakan peralatan-peralatan tertentu sedangkan yang pertama mendapat data minimal untuk memprediksi,

Pemantauan dengan alat-alat Instrumentasi yang terpasang pada suatu konstruksi bangunan Sipil PLTA  mempunyai arti yang sangat penting untuk dilakukan,guna keamanan konstruksi dan area lingkungan setempat tersebut.

Peralatan pemantauan akan sangat baik jika dilaksanakan pada saat pembangunan (Construction stage) dari proyek PLTA tersebut dan diteruskan setelah proyek PLTA  tersebut selesai dibangun dan sudah Operasional (Operation stage), sehingga kita bisa mendapatkan data-data yang lengkap untuk dijadikan pedoman pada saat pelaksanan pemeliharaan bangunan sipil.

Untuk mengetahui besarnya penurunan (settlement) pada tubuh bendungan urugan tanah yang terdapat pada suatu PLTA, maka dipasang alat Settlement meter pada tubuh bendungan tersebut,dimana pemasangan dan pemantauan alat ini dilaksanakan baik selama masa penimbunan (embankment) dikerjakan dan terus dilanjutkan setelah bendungan tersebut sudah selesai dibangun dan sudah beroperasi.

Apabila program pemasangan instrumentasi akan dikembangkan dalam rangka untuk mementau/memonitor kondisi geoteknik suatu konstruksi, maka perlu dipertimbangkan suatu hal yang merupakan syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu, dimana nantinya ia akan merupakan ancaman yang dapat menimbulkan kerusakan (failure) setelah selesainya pembangunan konstruksi, misalnya yang mempunyai dampak terhadap keselamatan umum  yang bermukim pada daerah hilir (downstream) dari suatu bendungan.

Program instrumentasi haruslah saling berkaitan (incorporate) antara pengamatan (observasi) dan metode evaluasi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, cara-cara pemasangan (installation)) alat/instrumentasi, pemantauan (monitoring), hasil evaluasi serta hal-hal lainnya. Apabila dimungkinkan, maka suatu langkah perencanaan yang sederhana serta ringkas merupakan hal yang paling baik.

Pentingnya Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil , dimaksudkan agar kita dapat menditeksi keamanan (safety) dari Konstruksi Bangunan Sipil pada PLTA tersebut yang memberi  manfaat dan bertujuan memberi dampak keselamatan umum.

1. Tujuan Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil

Pemantauan dengan Instrumentasi (alat) yang dipasang pada sekitar konstruksi bangunan sipil adalah  untuk mendapatkan dua manfaat pokok atau kegunaan yang berkaitan langsung dengan keamanan bendungan tersebut yaitu :

  • Untuk mendapatkan data tentang perkembangan parameter-parameter perilaku konstruksi, sifat-sifat geoteknik dari konstruksi dan data laju sedimentasi berikut kondisi lingkungan sekitarnya, baik yang diakibatkan oleh pengaruh Internal maupun pengaruh External.
  • Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi keaman/keandalan konstruksi dan kondisi lingkungan sekita

2. Manfaat Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil

Manfaat utama dipasangnya alat Bantu (Instrumentasi) adalah :

  • Pada masa pembangunan, data hasil pemantauan (monitoring) dapat menjadi sumber informasi awal untuk mengevaluasi terhadap anggapan yang diterapkan dalam perencanaan dan saat pelaksanaan konstruksi
  • Pada masa operasi dan pemeliharaan dapat memberikan data yang sangat berharga berkaitan dengan masalah keamanan struktur banguanan konstruksi.
  • Menjadi sumber informasi dan penentuan bagi pengembangan konsep perencanaan dimasa akan datang.

3. Jenis-jenis Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil

3.1  Pemantauan Harian (Daily Pratolling)

Pemanatauan Harian adalah kegiatan pemantauan pemeliharaan bangunan sipil  pada daerah PLTA guna mengamati secara visual semua struktur bangunan sipil dan daerah sekelilingnya dengan rute tertentu secara harian.

3.2   Pemantauan Periodik

Pelaksanaan pemantauana ini dilaksanakan secara periodik dalam suatu kurun waktu tertentu contoh : Mingguan, bulanan dan triwulanan, Semester atau tiap tahun.

3.3  Pemantauan Seketika

Dilaksanakan jika diperlukan yang pada dasarnya dipusatkan pada bagian atau seluruh struktur banguinan sipil serta fasilitasnya sesuai dengan hasil yang dicatat/tertera pada laporan daily dan periodik pemantauan , juga dapat dilakukan sesaat setelah terjadinya gempa bumi, banjir atau hujan lebat atau dari informasi tentang terjadinya suatu keadaan yang tidak biasa  yang dilaporkan oleh pihak diluar team pemantauan.

4. Unjuk Kerja Pelaksanaan Pemantauan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil yang sesuai harapan adalah :

4.1 Pemantauan harian

Fasilitas dan Peralatan Hal-hal yang diperiksa Tindakan
Dam/Bendung,Intake dan saluran air Sampah pada saringan Pembersihan setiap saat
Kebocoran air pada Dam dan Pintu Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Sedimentasi lumpur/tanah Membersihkan jika diperlukan
Deformasi dan keretakan pada structur Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Kolam pertama pengendapan Sedimentasi lumpur/tanah Membersihkan jika diperlukan
Gedung Sentral/PH Deformasi dan keretakan pada structure Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Jalan inspeksi Hal-hal yang diperiksa Tindakan jika ada
Fasilitas  dan peralatan Hal-hal yang diperiksa Tindakan
Saluran utama Material/bahan-bahan sepanjang saluran Membersihkan jika diperlukan
Sedimentasi tanah/pasir Membersihkan jika diperlukan
Deformasi dan keretakan pada structure Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Kolam Tando Harian Sampah pada saringan Pembersihan setiap saat
Kelebihan aliran air(oferflow) dari saluran pelimpah Mengurangi pengambilan air jika kelebihan air terlalu banyak
Kebocoran air Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Sedimentasi tanah/pasir Membersihkan jika diperlukan
Deformasi dan keretakan pada structur Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Penstock Kebocoran dan deformasi Menyimpan data

4.2  Pemantauan periodic

Fasilitas dan Peralatan Hal-hal yang diperiksa Frekuensi Tindakan
Intake – Penstock dan tairace Kebocoran,deformasi dan keretakan pada structur 6 bulan Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Gedung Sentral/PH Deformasi dan keretakan pada structure 6 bulan Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Saluran utama dan Kolam Tando Kebocoran,deformasi dan keretakan pada structur 6 bulan Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan

4.3  Pemantauan Seketika

Fasilitas dan Peralatan Hal-hal yang diperiksa Frekuensi Tindakan
Gedung Sentral/PH dan Intake Deformasi dan keretakan pada structure 6 bulan Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan
Saluran utama dan Kolam Tando Kebocoran,deformasi dan keretakan pada structur 6 bulan Menyimpan datanya atau memperbaikinya bila diperlukan

6. Laporan Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil

Laporan pemantauan ini termasuk dalam laporan pemeliharaan sipil  :

6.1  Laporan Pemantauan secara Harian dari Team Pemantau/Patrolling (Daily Patrolling Report) yang isinya mengenai kondisi struktur bangunan-bangunan sipil yang ada di PLTA beserta dengan fasilitas-fasilitas dan alat bantu (instrument) yang berhubungan dengannya.

6.2   Laporan dari hasil periodical dan occasional pemantauan jika ada.

6.3   Laporan hasil  pemantauan  baik berupa periodical inspection maupun accasion inspection

6.4   Laporan hasil pemeliharaan perbaikan pada bangunan sipil pada PLTA

Semua hasil data-data/laporan ini biasanya ditanda tangani oleh Ketua team leader dari pemantauan dan patrolling team, setelah masing-masing anggota menanda tanganinya. Kemudian laporan ini diteruskan kepada Teknisi Senior Pemeliharaan Sipil yang terus melaporkannya kepada Supervisor  Pemeliharaan. Kalau ada kerusakan yang cukup serius, maka atas dasar laporan dari team pemantau.

7. Pengelolaan hasil pemantauan

Data-data hasil pemantauan terdapat kerusakan yang cukup  berarti  dapat dilaksanakan perbaikan kepada pihak lain untuk diborongkan perbaikannya, hal ini jika tidak tersedia cukup tenaga dan alat-alat untuk pekerjaan perbaikan kerusakan tersebut dan apabila masih bisa ditanggulangi kita dapat melaksanakan setelah melapor agar ditanggulangi dengan tenaga dan perlatan yang cukup. Beberapa hal penting yang perlu kita pertimbangkan pada saat pelaksanaan Pemantaua Pemeliharaan Bangunan Sipil dan Peralatan bantunya agar dapat hasil kerja serta data-data yang didapat sesuai harapan , maka pertimbangan  tersebut yang harus diperhatikan  yaitu :

  • Secara personal kita mampu untuk melaksanakan pemantauan
  • Kondisi alat-alat/ instrumentasi pada saat pelaksanaan keadaan baik
  • Keadaan sekeliling yang tidak terlalu berat
  • Kondisi keadaan luar cukup baik
  • Titik tetap (reference datum) pemantauan tidak berubah atau rusak
  • Evaluasi dan frekuensi pembacaan/pengambilan data tidak banyak berubah.

 

7. Tindaklanjut prioritas pekerjaan

Pemantauan Pemeliharaan Bangunan Sipil pada umumnya tergantung dari besar kecilnya atau luas dari konstruksi bangunan tersebut, serta dapat pula berdasarkan pada struktur bangunan sipil yang ada. Dan apabila kita ingin mengetahui besarnya penurunan dari suatu bendungan tipe urugan, maka kita dapat memasang alat yang dinamakan settlementmeter atau pada contoh yang sederhanan bila keratakan pada bangunan kontruksi kita dapat memasang dua buah paku beton dengan jarak tertentu yang dipantau secara periodik dengan alat sichmat, sehingga data-data penurunan dari tubuh bendungan tersebut dapat kita ketahui dan beberapa contoh pemantauan yang sering dilakukan pada Bangunan Sipil PLTA.

  7.1      Pemantauan  Perilaku Konstruksi

Adalah jenis pemantauan untuk mendapatkan data-data yang  berhubungan langsun dengan perilaku suatu konstruksi dalam hal ini bangunan sipil PLTA. Data-data tersebut antara lain didapat dari :

 7.1.1  Pergerakan Horisontal ataupun Vertikal (Horizontal & Vertical Displacement)

7.1.2   Penurunan (Settlement)

7.1.3 Tegangan (Stress) pada bermacam arah baik tegangan tanah,batuan,ataupun konstruksi beton.

  • Regangan (Strain) pada bermacam arah baik stress maupun non stress.
  • Percepatan dan intensitas dari gempa bumi (Eartthquake).
  • Perubahan letak (Deformasi) dari patok-patok pilar yang dilakukan dengan pengukuran geodetic.
  • D l l.

 7.2 Pemantauan  Perilaku Air

Adalah pengambilan data-data mengenai perilaku air yang berhubungan dengan keamanan dan keperluan penggunanan atau kapasitas yang diperlukan suatu bangunan sipil PLTA, seperti besarnya rembesan (seepage), besarnya tekanan air pori dan kapasitas yang diperlukan.

7.3 Pemantauan  Sedimentasi (pengendapan)

Adalah pengambilan data-data besarnya laju sedimentasi (pengendapan) pada Kolam Pengendap Lumpur atau Waduk dari suatu PLTA, hal ini erat hubungannya dengan volume air atau umur operasi dari PLTA tersebut.

8. Persipan Alat-alat Pemantauan Instrumentasi

Seperti telah diuraikan diatas, maka jenis-jenis pemantauan dengan peralatan yang modern  yang akan kita perlukan pada suatu struktur bangunan sipil PLTA tergantung dari data-data yang kita perlukan, begitu juga dengan alat-alat pemantauan (monitoring)

Untuk dapat beberapa gambaran tentang alat bantu pelaksanaan pemantauan  guna pemeliharaan bangunan sipil  yang umumnya digunakan di PLTA.

 

8.1  Alat Pemantauan  Perilaku Konstruksi

8.1.1    BubbleTiltmeter Alat mon1

8.1.2    Inclinometer

8.1.3    Extensometer

8.1.4    Rod Extensometer

8.1.5    Magnetic Extensometer

8.1.6   Horizontal & Vertical Displacement Meter

8.1.7   Pneumatic Pressure Cell (Soil Sttess meter)

8.1.8   USBR Settlement meter Alat mon2.jpg

8.1.9   Seismograph

8.1.10 Stressmeter

8.1.11 Strain meter

8.1.12 Alat-alat ukur Geodetic

8.1.13 Thermometer

8.1.14 Reinforcement-bar meter

8.1.15 Rock displacement meter

8.2  Alat Pemantauan Perilaku Air

8.2.1 Piezometer

8.2.2 Hydraulic Piezometer

8.2.3 Pneumatic Piezometer

8.2.4 Electric Resistance Piezometer

8.2.5 Stand pipe Piezometer

8.2.6 Alat pengukur water Leakage

8.3  Alat Pemantauan Pengukuran Sedimentasi

8.3.1  Ultrasonic Depth meter

8.3.2  Bedload sampler

8.3.3  Alat ukur geodetic

8.3.4  Alat Bantu lainnya

Sebelum mengenal beberapa fasilitas bangunan sipil PLTA, ada perlunya mengenal fungsi dan peran dari bangunan tersebut untuk melaksanakan pemeliharaan pekerjaan sipil PLTA dari hasil saat patrol sipil yang rutin guna mendapatkan data untuk pembuatan rencana kerja pemeliharaan perbaikan, mendesain/gambar kerja, membuat kajian untuk pekerjaan, membuat usulan perbaikan dan mengawasi peleksanaan perbaikan pekerjaan oleh pihak ketiga. Sedangkan untuk mengetahui peran dan fungsi bangunan sipil PLTA secara umum diantaranya :

  1. Waduk

– Penampungan Air

– Pengendap Lumpur

2. Bendungan

– Meninggikan Air

3. Saluran Pelimpah

– Bangunan Pelimpah

4. Dam Control Centre (DCC) Pusat Pengendali :

– Sisitem Pengukuran Hydrologi

– Sisitem Pelepasan Air

– Sisitem Telekomunikasi

– Sisitem Pemroses Data

– Sisitem Pengoperasian Pintu Pengambil Air

– Sisitem Pengamatan Meteorologi

5. Bangunan Pengambil Air

– Panyadap Air

6. Saluran/Terowongan Air

– Saluran Pembawa

7. Tangki Pendatar ( Surge Tank)

– Sumur Penenang

8. Pipa Pesat (Penstock)

– Saluran Pembawa

Saluran Pengatur Debit Air

9. Gedung Power House

– Gedung Pusat Pembangkit

10. Jalan Hantar/Inspeksi

– Sarana Transportasi

Data Peralatan.png

Data Peralatan Monitoring Terpasang

Daerah tangkapan hujan.png

Data daerah Tangkapan Air Hujan PLTA Saguli

DATA TEKNIS PEMELIHARAN BANGUNAN SIPIL PLTA

I. PLTA SAGULING

1. Waduk

– Duga Muka Air Banjir                   : + 645.00 m’

– Duga Muka Air Maksimum        : + 643.00 m’

– Duga Muka Air minimum           : + 623.00 m’

– Luas Waduk (+643.00 m’)           : 48,695 Ha

– Isi Seluruhnya (+ 643.00 m’)      : 875 Juta m3

– Isi Efektif           : 611,5 Juta m3

 2. Bendungan

Wp-Dam

Gbr 1. Dam/bendung dan Sekitarnya

Gbr 1. Dam/Bendung dan Sekitarnya

– Type   : Urugan Batu dg inti kedap Air

– Tinggi                                                 : 99.00 m’

– Elevasi Puncak Bendung            : 650,50

– Panjang Puncak                            : 301.40 m’

– Isi Tubuh Bendungan                  : 2,79 Juta m3

3. Saluran Pelimpah (Spill way)

Wp-Spillway

Gbr 2. Daerah Spillway

– Type                  : Pelimpah Samping

– Kapsitas             : 2.400 m3/det

– Pintu                  : 3 buah

– Masing ukuran :

* Lebar : 10 m’

* Tinggi : 8,3 m’

4. Dam Control Centre (DCC)

Wp-DCC.jpg

Gbr 3. Dam Control Centre (DCC)

– Type                   : Panggung 2 Lantai

 

– Konstruksi       : Beton bertulang

– Bentuk               : Bujur Sangkar

– Panjang             : 18 m’

– Lebar : 18 m’

– Tinggi : 18,7 m’

– Tahun Pembuatan       : 1985

 

5. Bangunan Pengambil Air (Intake)

Wp-Intake.jpg

Gbr 4. Bangunan Pengambil Air (Intake)

– Type                   : Menara

– Lebar                : 50 m’

– Panjang             : 29 m’

– Kapasitas Air Masuk (Maks)     : 224 m3/det

– Pintu                 : 2 Buah

– Masing ukuran :

* Lebar             : 5,8 m’

* Tinggi : 5,8 m’

6. Saluran/Terowongan Air

– Diameter No. 1               : 5,80 m’

– Panjang                           : 4.689.182 m’

– Diameter No. 2               : 5,80 m’

– Panjang                            : 4.689.743 m’

– Debit Maksimum           : 224 m3/det

7. Tangki Pendatar ( Surge Tank)

– Diamater No. 1              : 12 m’

– Tinggi                                 : 103,6 m’

– Diamater No. 2               : 12 m’

– Tinggi                                 : 98,60 m’

8. Pipa Pesat (Penstock)

Penstock1_1.jpg

Gbr 5. Denah Pipa Pesat/Penstock

– Diameter No. 1               : 4,30 – 2,83 m’

– Panjang                           : 1.880 m’

– Diameter No. 2               : 4,30 – 2,83 m’

– Panjang                            : 1,774 m’

9. Gedung Power House (2lantai diatas dan 5 lantai dibawah)

PH_B1_EL.256.00_1.jpg

Gbr 6. Gedung Power House

– Type  : Semi bawah tanah

– Ukuran : * Panjang      : 104,4 m’

* Lebar            : 32,5 m’

* Tinggi            : 42,5 m’

– Tahun            : 1986

10. Jalan Hantar/Inspeksi

– Rj. Mandala – Saguling

– Jalan Hantar    : * Panjang          : 21,00 Km

* Lebar : 6,00 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang          : 4,00 Km

* Lebar : 6,00 m’

=============================================================================

II. PLTA KRACAK

1. Bendung Cianten

– Type                  : Pas. Batu kali

– Tinggi                 : 6,2 m’

– El. Puncak         : 396,50

– Panjang             : 30,00 m’

– Volume Bendung          : 1.054,20 m3

2. Saluran Utama

– Sal. Terbuka

– Type                  : Pas. Batu Kali

– Panjang             : 1,041 m’

– Luas Penampang           : 14,90 m2

– Kapasitas         : 8,5 – 12,50 m3/det

 

– Sal. Tertutup/Terowongan

– Type   : Pas. Batu Kali

– Panjang            : 1,047 m’

– Luas Penampang          : 4.592 m2

– Kapasitas         : 8,5 m3/det

3. Bendung Cikuluwung

– Type                  : Pas. Batu kali

– Tinggi                 : 2,50 m’

– El. Puncak         : 401,00

– Panjang             : 18,40 m’

– Volume Bendung          : 85,10 m3

4. Saluran Utama

– Sal. Terbuka

– Type                  : Pas. Batu Kali

– Panjang             : 305 m’

– Luas Penampang           : 10,251 m2

– Kapasitas          : 4 m3/det

 

– Sal. Tertutup/Terowongan

– Type                                   : Pas. Batu Kali

– Panjang                             : 560 m’

– Luas Penampang           :       m2

– Kapasitas                          : 4 m3/det

5. Kolam Tando Harian

– Type                  : Pas. Batu Kali

– Tinggi                 : 3.722 m’

– El. Puncak         : 369,29 m’

– Luas Penampang           : 42.000m2

– Kapasitas         : 156 – 324 m3/det

6. Pipa Pesat

– Jumlah               : 2 Buah

– Diameter          : 2,3 m’ & 1,3 m’

– Panjang             : 1.054 m ‘ & 1.053,45 m’

– Kapasitas          : 4 m3/det

7. Gedung Central

– Luas Gedung  : 1.301 m2

– Luas Kantor     : 224 m2

– Luas Gedung Bengkel : 768 m2

8. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang          : 160 m’

* Lebar : 5,00 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang          : 1.200 m’

* Lebar : 5,00 m’

==========================================================================

III. PLTA UBRUG

1. Bendung Kbn. Randu

– Type                   : Pas. Batu kali

– Tinggi                 : 2,00 m’

– El. Puncak         : 337,00

– Panjang             : 32,80 m’

– Volume Bendung          : 196,80 m3

 2. Bangunan Penganmbil Air (Intake)

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah               : 2 Buah

– Tanggi                : 1.40 m’

– Lebar                 : 2,40 m’

– Kapasitas          : 12,50 m3/det

3. Zuevering Bak

– Type                  : Pas. Batu Kali

– Tinggi                 : 2,80 m’

– El. Puncak         : 335,00 m’

– Luas                   : 1.536,365 m2

– Kapasitas          : 4.219,068 m3

4. Saluran Utama

– Sal. Terbuka Lama & baru

– Type                  : Pas. Batu Kali

– Panjang             : 5.469 m’

– Luas Penampang           : 9,161 m2

– Kapasitas          : 12,5 m3/det

 

– Sal. Tertutup/Terowongan Lama & Baru

– Type   : Pas. Batu Kali

– Panjang             : 1.813 m’

– Luas Penampang           : 7.746 m2

– Kapasitas          : 12,5 m3/det

– Syphon

– Jumlah               : 2 Buah

– Diameter          : 1,80 m’

– Panjang             : 167,05 m’

– Kapasitas          : 12,5 m3/det

5. Kolam Tando Harian

– Type                  : Pas. Batu Kali

– Tinggi                 : 2,80 m’

– El. Puncak         : 335,00 m’

– Luas                   : 1.536,365 m2

– Kapasitas          : 4.219,068 m3

6. Pipa Pesat

– Jumlah               : 3 Buah

– Diameter          : 1,70 m’ & 1,90 m’

– Panjang             : 3 x 354,62 m’

– Kapasitas          : 12,5 m3/det

7. Gedung Central

– Luas Gedung   : 3,960 m2

– Luas Kantor      : 243 m2

– Luas Gedung Bengkel  : 424 m2

8. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang          : 350 m’

* Lebar  : 4,00 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang          : 350 m’

* Lebar      : 4,00 m’

======================================================================

IV. PLTA PLENGAN

1. Bendung Cilaki/Wanasuka

– Type   : Pas. Batu kali

– Tinggi  : 1,53 m’

– El. Puncak         : 1.459,56

– Panjang             : 11,25 m’

 

2. Bendung Cihurangan

– Type   : Pas. Batu kali

– Tinggi  : 2,18 m’

– El. Puncak         : 1.475,25

– Panjang             : 4,90 m’

 

3. Bendung Cikuningan   

– Type   : Pas. Batu kali

– Tinggi  : 2,00 m’

– El. Puncak         : 1.454,69

– Panjang             : 5,70 m’

 

4. Bendung Citambaga    

– Type   : Pas. Batu kali

– Tinggi  : 2,00 m’

– El. Puncak         : 1.454,69

– Panjang             : 5,70 m’

 

4. Bendung Cipanunjang

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 24,00 m’

– El. Puncak         : 1.448,00

– Panjang             : 135 m’

 

5. Bendung Cilaki Beet

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 10,90 m’

– El. Puncak         : 1.448,50

– Panjang             : 26 m’

 

6. Bendung Puncak Mara

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 10,90 m’

– El. Puncak         : 1.448,50

– Panjang             : 26 m’

 

7. Bendung Palayangan

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 20,14 m’

– El. Puncak         : 1.420,50

– Panjang             : 86,50 m’

 

8. Bendung Pulo

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 18,96 m’

– El. Puncak         : 1.420,50

– Panjang             : 595 m’

 

9. Bendung Cisangkuy I  

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 3,00 m’

– El. Puncak         : 1.340,32

– Panjang             : 12,057 m’

 

10. Bendung Cisarua II

– Type   : Pas. Batu kali/Sekat

– Tinggi  : 3,00 m’

– El. Puncak         : 1.339,677

– Panjang             : 14,40 m’

 

11. Intake Cilaki/Wanasuka

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah Pintu   : 2 Buah

– Tinggi  : 1,90 m’

– Lebar  : 1,94 m’

 

12. Intake Cihurangan

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah Pintu   : 1 Buah

– Tinggi  : 0,45 m’

– Lebar  : 0,50 m’

 

13. Intake Cikuningan

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah Pintu   : 1 Buah

– Tinggi  : 1,90 m’

– Lebar  : 2,30 m’

 

14. Intake Citambaga 

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah Pintu   : 2 Buah

– Tinggi  : 0,80 m’

– Lebar  : 0,75 m’

 

15. Intake Cipanunjang   

– Type   : Penyadap Menara

– Jumlah Pintu   : 1 Buah

– Diameter          : 8,0 m’

– Kapasitas          : 4 m3/det

 

16. Intake Puncak Mara

– Type   : Penyadap Menara

– Jumlah Pintu   : 1 Buah

– Diameter          : 8,0 m’

– Kapasitas          : 6 m3/det

– Tinggi  : 19 m’

 

17. Intake Palayangan

– Type   : Penyadap Menara

– Jumlah Pintu   : 1 Buah

– Diameter          : 8,0 m’

– Kapasitas          : 6 m3/det

– Tinggi  : 25 m’

 

18. Intake Dam Pulo

– Type   : Penyadap Menara

– Jumlah Pintu   : 1 Buah

– Diameter          : 11,0 m’

– Kapasitas          : 6 m3/det

– Tinggi  : 19 m’

 

19. Intake Cisangkuy  

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah Pintu   : 2 Buah

– Tinggi  : 2,05 m’

– Lebar  : 1,20 m’

 

20. Intake Cisarua I

– Type   : Penyadap Sandar

– Jumlah Pintu  : 2 Buah

– Tinggi  : 1,50 m’ & 2,05 m’

– Lebar  : 0,93 m’ & 1,20 m’

– Kapasitas          : 5 m3/det

 

21. Syphon

– Jumlah               : 1 Buah

– Diameter          : 1,40 m’

– Panjang             : 90 m’

– Kapasitas          : 5 m3/det

22. Situ Cipanunjang

– Duga Muka Air Maksimum        : + 1.466 m’

– Duga Muka Air minimum           : + 1.424 m’

– Luas Waduk (+643.00 m’)           : 1.897 Km2

– Kapasitas Efektif            : 18,50 Juta m3

– Cathment Area              : 7,8 Km2

 

23. Situ Cileunca   

– Duga Muka Air Maksimum        : + 1.418,50 m’

– Duga Muka Air minimum           : + 1.4074 m’

– Luas Waduk (+643.00 m’)           : 1.542 Km2

– Kapasitas Efektif            : 10,60 Juta m3

– Cathment Area              : 12,70 Km2

 

24. Saluran Utama

– Sal. Terbuka     – Type  : Pas. Batu Kali/trapesium

– Panjang             : 1.819,70 m’

– Luas Penampang           : 5,19 m2

– Kapasitas          : 6 m3/det

 

25. Sal. Tertutup/Terowongan

– Type   : Pas. Batu Kali/Tapal Kuda

– Panjang             : 8.993 m’

– Luas Penampang           : 4,27 m2

– Kapasitas          : 6 m3/det

 

26. Klm Pengendap Wanasuka

– Type   : Pas. Batu Kali

– Tinggi  : 2,14 m’

– Luas Penampang           : 1.174,24 m2

– Volume             : 939,29 m3

 

27. Klm. Pangandap Cisarua I   

– Type   : Pas. Batu Kali

– Tinggi  : 3,00 m’

– Luas Penampang           : 1.174,50 m2

– Kapasitas          : 3.523,50 m3

– El. Puncak         : 1.339,90

 

28. Klm. Pangandap Cisarua II    

– Type   : Pas. Batu Kali

– Tinggi  : 3,90 m’

– Luas Penampang           : 271,44 m2

– Kapasitas          : 1.031,47 m3

– El. Puncak         : 1.331,40

 

29.Kolam Tando Harian   

– Type   : Pas. Batu Kali

– Tinggi  : 3,43 m’

– Luas Penampang           : 17.462 m2

– Kapasitas          : 59.895 m3

– El. Puncak         : 1.335,68

 

30. Klm. Pangandap Cisangkuy  

– Type   : Pas. Batu Kali

– Tinggi  : 3,84 m’

– Luas Penampang           : 330 m2

– Kapasitas          : 1.267 m3

– El. Puncak         : 1.340,31

 

– Type   : Pas. Batu Kali

– Tinggi  : 2,50 m’

– Luas Penampang           : 124.051 m2

– Kapasitas          : 310,20 m3

– El. Puncak         : 1.333,79

 

32. Pipa Pesat

– Jumlah               : 2 Buah

– Diameter          : 1,10 m’ & 1,30 m’

– Panjang             : 202,94 m’

– Kapasitas          : 3,90 & 4,50 m3/det

 

33. Gedung Central

– Luas Gedung   : 714 m2

– Luas Kantor      : 151,50 m2

 

34. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang          : 3.900 m’

* Lebar      : 3,00 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang         : 7.000 m’

* Lebar      : 3,00 m’

================================================================================

PPLTA LAMAJAN

  1. – Bendung Cikakapa II

– Type   : Pas. Batu kali

– Tinggi : 3,55 m’

– El. Puncak        : 1,004

– Panjang            : 7,40 m’

 

– Bendung Cisurili

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 1,80 m’

– Panjang            : 8,50 m’

 

– Bendung Cisarua II

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 3,55 m’

– El. Puncak        : 1,004

– Panjang            : 7,40 m’

 

– Bendung Cisangkuy IV

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 1,80 m’

– El. Puncak        : –

– Panjang            : 8,50 m’

 

  1. Saluran Utama

– Sal. Terbuka

– Type  : Pas. Batu Kali/Trapesium

– Panjang            : 174 m’

– Luas Penampang          : –

– Kapasitas         : 5,8 m3/det

 

– Sal. Tertutup/Terowongan

– Type  : Pas. Batu Kali/Tapal Kuda

– Diameter         : 2 x 3.800 m’

– Luas Penampang          : 2,20 m’ & 2,40 m’

– Kapasitas         : 5 -8 m3/det

 

  1. Kolam Tando Harian

– Type  : Pas. Batu Kali

– Tinggi : 4 m’

– Luas   : 960 m2

– Kapasitas         : 3.840 m3

 

  1. Pipa Pesat

– Jumlah              : 2 Buah

– Diameter No. 2              : 1,36 m’ & 1,50 m’

– Panjang            : 2 x 480 m’

– Kapasitas         : 7,50 m3/det

 

  1. Gedung Central

– Luas Gedung  : 300 m2

– Luas Kantor     : 80 m2

– Luas Gudang Spare Part            : 270 m2

 

  1. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang         : 515 m’

* Lebar                : 4,50 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang         : 3,00 m’

* Lebar : 4,00 m’

=======================================================================

PLTA CIKALONG

  1. Bendung I

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 4 m’

– El. Puncak        : 1,010

– Panjang            : 44 m’

– Volume            : 92,45 m2

2. Bendung II

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 4,25 m’

– El. Puncak        : 1,010

– Panjang            : 30 m’

– Volume            : 2.700 m2

3. Kolam Penerima/Pengendap

– Type  : Pas. Batu Kali

– Tinggi : 5,75 m’

– El. Puncak        : 1,235,50

– Luas   : 16.900 m2

 

4. Saluran Utama

– Sal. Terbuka

– Type  : Pas. Batu Kali/Trapesium

– Panjang            : 550 m’

– Luas Penampang          : 5,76 m2

– Kapasitas         : 12 m3/det

 

– Sal. Tertutup/Terowongan

– Type  : Pas. Batu Kali/Tapal Kuda

– Diameter         : 2.100 m’

– Luas Penampang          : 5,76 m2

– Kapasitas         : 12 m3/det

 

5. Kolam Tando Harian

– Type  : Pas. Batu Kali

– Tinggi : 4 m’

– El. Puncak        : 1,012

– Luas   : 16.900 m2

– Kapasitas         : 71,40 m3

 

6. Pipa Pesat

– Jumlah              : 2 Buah

– Diameter No. 2              : 1,85 m’ & 1,607 m’

– Panjang            : 2 x 1.050 m’

– Kapasitas         : 16 m3/det

 

 

7. Gedung Central

– Luas Gedung  : 744 m2

– Luas Kantor     : 263,60 m2

– Luas Gudang Spare Part            : 160 m2

 

8. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang         : 4,40 m’

* Lebar      : 3 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang         : 2,80 m’

* Lebar      : 3 m’

======================================================================

PLTA BENGKOK

  1. Bendung Bntar Awi

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 2,20 m’

– El. Puncak        : –

– Panjang            : 15,70 m’

– Volume            : 15,70 m3

 

2. Saluran Utama

– Sal. Terbuka

– Type  : Pas. Batu Kali

– Panjang            : 260 m’

– Luas Penampang          : 3,33 m2

– Kapasitas         : 3 m3/det

 

2. Sal. Tertutup/Terowongan

– Type  : Pas. Beton

– Panjang            : 2,440 m’

– Diameter         : 1,80 m’

– Kapasitas         : 3 m3/det

 

3. Kolam Tando Harian

– Type  : Pas. Batu Kali

– Tinggi : –

– El. Puncak        : –

– Luas Penampang          : 7,50 m2

– Kapasitas         : 30,30 m3/det

 

4. Kolam Pengendap

– Type  : Pas. Batu Kali

– Tinggi : 3 m’

– Luas   : 7,50 m2

– Kapasitas         : 2.250 m3/det

 

5. Pipa Pesat

– Jumlah              : 1 Buah

– Diameter          : 1,30 m’

– Panjang            : 380 m’

– Kapasitas         : 3 m3/det

6. Gedung Central

– Luas Gedung  : 562 m2

– Luas Kantor     : 497 m2

 

7. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang         : 150 m’

* Lebar      : 4,00 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang         : 2.800 m’

* Lebar      : 2,50 m’

========================================================================

PLTA PARAKAN KONDANG

  1. Bendung Eretan

– Type  : Pas. Batu kali

– Tinggi : 5,00 m’

– El. Puncak        : 158,50

– Panjang            : 43 m’

 

2. Bangunan Penganmbil Air (Intake)

– Type  : Penyadap Sandar

– Tinggi : 7,00 m’

– El. Puncak        : 163,11

– Kapasitas         : 18 m3/det

 

3. Kolam Pengendap

– Type  : Pas. Batu Kali

– Tinggi : 4 m’

– Luas   : 960 m2

– Kapasitas         : 3.840 m3

 

4. Saluran Utama

– Sal. Tertutup/Terowongan

– Type  : Pas. Batu Kali/Tapal Kuda

– Panjang            : 1.900 m’

– Luas Penampang          : 960 m2

– Kapasitas         : 18 m3/det

 

5. Pipa Pesat

– Diameter No. 1              : 1,70 m’

– Diameter No. 2              : 32,50 m’

– Panjang            : 15,50 m’

– Kapasitas         : 18 m3/det

 

6. Gedung Central

– Luas Gedung  : 943 m2

– Luas Kantor     : 182 m2

– Luas Gudang  : 180 m2

 

7. Jalan Hantar/Inspeksi

– Jalan Hantar    : * Panjang         : 480 m’

* Lebar : 3,00 m’

– Jalan Inspeksi : * Panjang         : 200 m’

                                                * Lebar : 3,00 m’

” Semoga tulisan  diatas bermanfaat untuk sobat yang lagi ngopi sambil mendaweung!!!!!!”

=============================!!!!!!!!!!!!!!!============================

Referensi : Perpustakan UP Saguling, Sahabat Setia Up Saguling.

 

 

Mengenang banjir PLTA Lamajan

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan yang terletak di Pengalengan, Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat, Dibangun pada 1922 dan mulai beroperasi 1925 yang masih beroperasi sampai saat ini, dan PLTA Lamajan ini adalah bagian dari Unit Pembangkitan Saguling.

PLTA Lamajan yang pernah mengalami banjir dan menggenang beberapa kecamatan di kabupaten Bandung tidak hanya menggenangi rumah. Beberapa jalan utama juga terputus oleh genangan air tersebut. Beberapa jalur yang terputus karena terendam banjir  adalah Jalan Raya Bojongsoang dan Jalan Raya Dayeuhkolot-Banjaran, Dayeuhkolot-Baleendah, Baleendah-Rancamanyar dan beberapa jalan lainnya.

Awalnya hanya sekedar pengecakan perbaikan pintu by pass PLTA Cikalong, namun kondisi saat itu awan emang udah mendung tebal hitam sehingga “Dekkah” bergegas pulang maklum pakai kendaraan roda dua….he..he..he.., tepatnya pada tanggal 17 Pebruari 2010, malam jum’at lagi lur..apal meuran..!! Dan dimalam “Kramat” itu awal kejadian yang bermula dari itensitas hujan yang besar dan lama hingga membasahi tanah hingga kedap dan tak lagi menahan tanah hingga terjadi longsor membawa material dari hutan, bahkan konon di cekungan diantara  kaki gunung ‘Tilu’ ada semacam tampungan air menurut polisi hutan yang pada saat itu bercerita, dikarenakan tampungan air tersebut sudah tak mampuh menampung hingga jebol dan terjadilah air bah yang membawa semua material dari gunung tersebut, diantara batangan dan gelondong kayu hutan bahkan ada yang panjang kayu hingga 30 meter dengan diameter 1 meter…..luaaaar biaasa…pokoke…lur.

Dampak dari banjir tersebut seperti keterangan sebelumnya selain rumah dan jalan yang terkena banjir, PLTA Lamajan luuur…paraaaahh…!!!, mualai dari..

Sungai Cikakapan dua saluran terbuka yang berada di lokasi tersebut hancur kondisi saluran terputus, dan fasilitas lainnya seperti instalasi air bersih untuk ke PLTA Lamajan, jembatan inspeksi dan pondasinya hanyut, bahkan dilokasi ini juga material kayu-kayu hutan menumpuk hingga ribuan kubik…lur, mungkin foto dibawah bisa mewakil apa yang terjadi pada saat itu. mun ceuk dek mah sigatsunami di Aceh.

Kondisi Sungai cikakapa

Kayu yang menumpuk disungai Cikakapa

Terowongan air dari PLTA Plengan ke Kolam Tando harian (KTH), akibat dari rusaknya saluran terbuka tersebut selain material kayu adalah lumpur dan batuan yang masuk hingga penuh menutupi seluruh penampang basah terowongan dari lokasi Ciakakapa sampai dengan KTH.

Gedung Pembangkit, kondisi lokasi ini yang sangat parah dari mulai tidak bisanya beroperasi dan bahkan semua fasilitas penunjang yang ada terkena dapaknya.

 

Kondisi sampah disaluran ke arah PLTA Cikalong

Ruang Bawah Mesin Pembangkit seluruh area tertutup lumpur dan pasir hingga untuk masuk keruangan tersebut susah karena ketinggian lumpur yang padat tersisa 1 meter ke atap plafon, dan masukpun harus merangkak dan seluruh fasiltas yang berada semua tertimbun lumpur.

Yang pasti seluruh panel dan fasilitas yang di ruangan bawah tak berfungsi selain terendam dan tertutup lumpur hingga keluar rungan bagian tailrace,Sedangkan lokasi penstock valve tertutup lumpur hanya setinggi lebih kurang 1 meter.

Kondisi pipa-pipa yang tertimbun lumpur diruang mesin

Kondisi lumpur dan batuan dibawah ruangan mesin turbin

Kolam Pengendap kondisi bisa dulur lihat difoto dimena seluruh genangan kolam terisi batuan, pasir dan sampah bahkan ketinggiannya sama dengan yang ada didepan bendungan dan pintu pembuangan lumpur, pagar pengaman semuanya rusak bahkan hancur.

Konok kondisi tersebut terjadi akibat air sungai yang meluap dan pada saat itu pula pintu terlambat dibuka karna khawatir melihannya deras air yang tiba-tiba semakin membesar.

Saluran terbuka kondisi tidak jauh berbeda dengan kondisi kolam dan bendungan seluruh penampang basah air terisi pasir, tanah dan batuan hingga terowongan yang ke PLTA Cikalong.

Kondisi Batuan dan Lumpur memenuhi Kolam Pengendap

Foto Kondisi Sebelum dan Setelah Kejadian

Kondisi air sehari setelah banjir dilokasi Bendung lamajan

Bendungan.

Kondisi air pada saat banjir hingga tidak nampak konstruksi bendungan dan pintu air pembuang lumpur yang berfungsi juga untuk pengelak air banjir terendam, dan hanya pemutar pintu air pengurasan napak terlihat.

Kondisi pintu pembuangan lumpur Bendung Lamajan

Dan hanya beberapa saat banjir sampah dan puing-puing sudah menumpuk di pintu air pembuangan lumpur bendungan, nampak puing-puing dan pohon sebagian menyangkut bisa dilihat difoto.

Penumpukan material batuan dan sampah di kolam pengendap

Kolam Pengendap Lumpur.

Kondisi kolam Pengendap Lumpur setelah air menyusut dapat terlihat batuan dan lumpur memenuhi kolam tersebut.

Kondisi jalan raya Banjaran ke Soreang Kab. Bandung

Kondisi sebaliknya dari Soreang ke Banjaran Kab. Bandung

Recovery

“Ceuk basa dengeun namah” merupakan proses mengembalikan dari kondisi yang rusak, akibat banjir tersebut diperbaiki ke kondisi awal yang normal.

Fasilitas dari mulai saluran terbuka, terowongan, jembatan, jalan inspeksi, kolam pengendap, bendungan, saringan dan fasilitas yang mengakibatkan pembangkit tidak dapat beroperasi.

“Mugi janteun manfaat ka Generasi penerus ……leresss teu luuurr !”